Peran Ortu dalam Persiapan Komuni Pertama
Peran Orangtua
dalam Persiapan Komuni Pertama[1]
Oleh:
F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr[2]
Orang Tua: Pendidik Iman Anak-Anak
Seperti
kita ketahui bersama, hak dan tanggung jawab pendidikan anak, termasuk
pendidikan iman menjadi orang Katolik sejati, pertama-tama terletak di
tangan orang tua. Termasuk juga dalam hal ini, persiapan dan penerimaan
sakramen Inisiasi: Baptis - Komuni I– Krisma; bagi anak-anak kita. Maka
orang tua yang bertanggung jawab atas tugasnya, niscaya tidak akan
menunda-nunda ataupun mengabaikan kesempatan anak-anak kita menerima
sakramen inisiasi. Sangat disayangkan bila orang tua tidak mau peduli
kapan anaknya mesti komuni pertama dan menerima sakramen Krisma.
Kekurangseriusan orang tua dalam menghayati iman Katolik, seperti
seringnya absen dari kewajiban merayakan Misa mingguan, juga akan
berdampak pada sikap masa bodoh dalam pendidikan iman anak-anaknya.
Kerjasama Orang Tua dan Gereja
Kendati
tanggung jawab pendidikan anak-anak terletak di tangan orang tua,
lantaran oleh pelbagai keterbatasan dalam pelaksanaannya orang tua
dibantu oleh sekolah dan Gereja. Bantuan sekolah dan Gereja ini bersifat
subsidier dan komplementer (melengkapi), bukan substitusi (menggantikan) ataupun mengambil alih.
Karena
Gereja - dalam hal ini seksi pendampingan iman anak dan para pembinanya
- membantu orang tua mempersiapkan putra-putrinya menyambut komuni,
maka adanya kerjasama Gereja dan orang tua sangatlah diharapkan.
Bagaimana secara konkret kerjasama itu bisa diwujudkan?
Pertama,
orang tua perlu memotivasi dan mengingatkan anaknya agar dengan tekun
mengikuti aneka kegiatan persiapan komuni pertama.
Kedua,
orang tua ikut memantau kemajuan anaknya dalam persiapan komuni
pertama, termasuk dalam menghafalkan doa-doa harian. Merupakan tugas
orang tua membantu anak-anak ini sampai bisa menghafal doa-doa harian.
Seandainya kesempatan komuni pertama ini tidak digunakan untuk menghafal
doa-doa harian dan dasar-dasar iman (Sepuluh perintah Allah, lima
perintah Gereja, dll), lalu kapan lagi anak-anak kita akan menghafal?
Selain itu, orang tua perlu memantau tugas-tugas yang diberikan apakah
sudah dikerjakan anak dengan benar dan baik.
Ketiga,
orang tua hendaknya juga mengamati sikap batin anak apakah mereka sudah
“pantas” menyambut komuni. Dalam persiapan komuni pertama mereka
dibimbing merumuskan niat-niat konkretnya untuk mengatasi kecenderungan
berbuat dosa, rajin berdoa pribadi, sikap hormat di Gereja dan kemauan
menyalurkan berkat Tuhan kepada sesama. Tentu saja dalam hal ini
keteladanan orang tua juga sangat menentukan.
Keempat,
seandainya usai penerimaan Komuni Pertama diadakan resepsi “syukuran”,
hal ini merupakan tanggung jawab dan tugas orang tua. Oleh karenanya,
diharapkan kerelaan para orang tua untuk menjadi panitia resepsi
“syukuran” penerimaan komuni pertama ini dan sekaligus menjadi
donaturnya.
Tujuan dan Arah Persiapan Komuni Pertama
Gereja
- dalam hal ini seksi pendampingan iman anak - membantu mempersiapkan
putra-putri kita agar dengan penuh iman, hormat, dan pantas mereka
menyambut Tubuh dan Darah Tuhan untuk pertama kalinya. Hukum Gereja
mensyaratkan, “Agar anak-anak boleh sambut Ekaristi Mahasuci, haruslah
mereka itu memiliki cukup pengertian dan telah dipersiapkan dengan
seksama, sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai dengan daya
tangkap mereka, dan mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan hormat”
(Kan 913 §1). Maka menjadi
tugas orang tua, mereka yang menggantikan kedudukan orang tua, dan
pastor paroki agar anak-anak itu “dipersiapkan dengan baik dan secepat
mungkin, sesudah didahului sambut sakramen tobat, diberi santapan ilahi
itu” (Kan 914).
Berdasarkan
harapan Gereja tersebut, maka menurut hemat saya arah pembinaan dan
tujuan persiapan Komuni Pertama adalah sebagai berikut:
a. Anak
mengimani kehadiran Tuhan Yesus dalam Sakramen Ekaristi, sehingga rindu
menyambut Komuni Kudus dan bersikap hormat pada Sakramen Mahakudus.
b. Anak bisa menyambut Komuni Kudus dengan hormat dan pantas, serta berpartisipasi aktif dalam Perayaan Ekaristi.
c. Untuk
menyambut Komuni Kudus dengan pantas, anak harus mempersiapkan diri
dengan merayakan Sakramen Tobat. Maka mereka harus mengerti apa itu
dosa, betapa Allah itu maharahim, dan secara konkret tahu cara mengaku
dosa.
Waktu
persiapan penerimaan komuni pertama ini juga merupakan peluang emas
untuk menanamkan dasar-dasar kekatolikan pada anak, seperti menghafalkan
doa-doa pokok (juga untuk mendoakan penitensi Sakramen Tobat) dan doa
spontan, berdevosi kepada Bunda Maria, bangga akan Gereja Katolik, dan
mau meneruskan kasih Kristus kepada yang lain.